Minggu, 12 Juni 2011

Kebenaran Sejati

Oleh : Hao Che Ta Ti
Cuplikan Penataran Dharma Pada
Peresmian Maha Vihara Duta Maitreya-Batam
          Hakekat Sejati adalah hakekat yang mutlak dan absolut. Kalau kita berbicara tentang hakekat yang mutlak dan absolut, itu berarti tingkat yang tertinggi dan sempurna, tidak ada yang lebih tinggi darinya. Kata-kata maupun uraian tidak mampu untuk menyentuhnya. Kalau seseorang berceramah dengan hebat selama 2 atau 3 jam, apakah yang disampaikan itu dapat disebut sebagai Hakekat Kebenaran yang mutlak? Tidak.

          Di langit disebut hakekat langit, di bumi dinamakan hakekat bumi, di dalam tubuh saya disebut hakekat rohani. Hakekat Sejati eksis tanpa perlu kata-kata, suara ataupun tulisan. Kalau kita sudah berbicara hakekat yang mutlak, tidak perlu campur tangan mulut berbicara, telinga mendengar ataupun tangan menulis. Dia maha mengetahui, maha melihat dan maha mendengar. Jadi, setiap inchi jasa pahala yang anda perbuat, setiap inchi kebajikan dan dosa karma, semua terlihat dengan jelas.

          Bagaimana membuktikannya? Kita ambil saja contoh yang sederhana. Darimanakah asal makhluk-makhluk seperti burung, ayam, ikan, dsb. Mereka memiliki roh yang sama dengan manusia tetapi mengapa bisa dilahirkan dengan tubuh yang berbeda?
          Ketahuilah bahwa hewan-hewan itu adalah manusia yang dalam kehidupan lampau memakan daging makhluk lain sehingga dalam kehidupan sekarang terlahir sebagai seekor hewan. Inilah cara bekerjanya Kebenaran Sejati.

          Coba perhatikan aksara (daging). Ini melambangkan mulut yang besar, arahnya bukan ke atas tetapi ke bawah artinya jalan terjurumus ke bawah. Ada 2 manusia yang artinya roh yang hakekatnya sama. Manusia yang di atas adalah kita, dan manusia yang di bawah rohnya hewan. Tergantung kepada kebijaksanaan kita, semua ini tidak terlepas dari kuasa dan cara bekerjanya Kebenaran Sejati. Karena manusia memakan daging hewan, setelah meninggal berinkarnasi menjadi hewan kembali. Sedangkan hewan yang kita makan akan terlahir sebagai manusia.

          Inilah cara bekerjanya Kebenaran Sejati, paling adil, paling sempurna, paling teliti, seimbang, akurat dan cermat. Mungkin kita akan mengatakan, “Saya sudah lama bervegetarian, tidak menanam ikatan batil lagi.” Tetapi jangan lupa bahwa semua yang kita lakukan dalam kehidupan lampau tetap masuk ke dalam perhitungan. Kebenaran Sejati tidak akan melupakannya.

          Lalu apa yang harus kita lakukan? Satu-satunya jalan adalah marilah kita banyak beramal, menyelamatkan umat manusia dan membabarkan kebenaran. Kita tebus dan impasi hutang karma dengan jasa kebajikan.

          Kita memulainya dari hati nurani, bangkitkan hati nurani, senantiasa waspada. Setiap berbicara, mendengar, bertindak, setiap menit dan detik, kendalikan diri sendiri, jangan sampai setelah melakukan kesalahan baru menyesal dan berupaya memperbaikinya.
          Kita harus mengetahui bahwa Kebenaran Sejati itu maha melihat. Bukan saja apa yang kita kerjakan, tetapi bahkan pada saat munculnya niat pikiran. Apakah itu niat pikiran yang bajik atau batil, Kebenaran yang tidak berbentuk dan tidak terlihat itupun sudah melihat dengan jelas jalannya niat dan pikiran kita.
          Dalam waktu yang bersamaan, kalau niat pikiran kita bajik, menguntungkan dan mendatangkan kemajuan bagi Wadah Ketuhanan, membawa kebaikan untuk umat manusia, marilah realisasikan dengan sepenuh hati. Jangan mewujudkan niat pikiran yang menguntungkan diri pribadi tetapi menyusahkan dan mendatangkan penderitaan bagi orang lain. Jadi, berikanlah kebaikan kepada orang lain sedangkan kerugian dan penderitaan kita tanggung sendiri. Anda tidak akan rugi karena Kebenaran Sejati maha melihat.

          Selanjutnya, kita membahas topik hati nurani. Hati Nuraniku sungguh adalah seorang hakim bijak yang maha adil di kolong langit ini. Dimana letak keagungan dan kebesaran jaksa agung hati nurani ini? Ia maha mengetahui, termasuk semua perbuatan bajik-batil umat manusia selama 6 milyar tahun. Jaksa-jaksa di dunia hanyalah mengadili kasus-perkasus, orang-perorang, satu-persatu, namun jaksa agung nurani ini dapat mengadili dosa karma seluruh umat manusia di dunia dalam waktu yang bersamaan.
          Di dunia ini mengapa ada orang yang hidupnya mewah, ada yang mati kelaparan, ada yang punya gedung mentereng, ada pula yang tinggal di kolong jembatan, semua itu adalah akibat dari karma kehidupan lampau. Kaya-miskin, panjang usia-pendek usia, tidak berpengetahuan-berpengetahuan luas, sebatang kara, tidak beranak, tidak beristri, tidak bersuami, hidup dalam kebencian, kedendaman hidup penuh kasih, dsb adalah 16 kondisi yang ada didalam kehidupan semua umat manusia.

          Jadi, jaksa agung nurani ini adalah Tuhan, adalah hati nuraniku, bahkan Dasa Raja Yama yang ada di neraka juga merupakan bagian atau utusan darinya. Apa faktor penyebab utama dari segala macam bencana, kesulitan, prahara dan kerusuhan yang ada di dunia sekarang ini? Semua itu akibat ulah manusia sendiri. Karena perbuatan manusia yang jahat, manusia jugalah yang harus memetik hasilnya. Orang yang tidak mengingkari nurani adalah orang yang berkebajikan.

          Hati Nurani melampaui segala hukum dan undang-undang. Kalau setiap umat manusia berjalan sesuai nurani, bukankah dunia ini akan menjadi damai, makmur dan sejahtera. Inilah yang disebut laksa manusia hidup dalam satu hati, menikmati kebahagiaan yang sejati. Inilah penjelasan singkat tentang kebenaran Tuhan, hakekat sejati hati nurani. Semua ini adalah sungguh benar dan sungguh tepat adanya.

          Singkat kata, marilah kita berpaling kepada nurani dan hidup sesuai nurani. Kalau engkau bisa melaksanakannya, engkau akan mempengaruhi saudara-saudaramu untuk ikut melaksanakannya Dasar terkuat untuk menjadi teladan bagi umat manusia adalah membalas kejahatan dengan kebaikan. Walaupun orang memburukan nama kita, memfitnah, menggosip, kita tidak perlu membalasnya. Harus mampu merugi diri, berkorban dan tabah. Ini merupakan prinsip utama dan pedoman dalam membina dan mengamalkan Ketuhanan sampai akhir hayat.
Sumber: Cahaya Maitri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar