Minggu, 12 Juni 2011

Menjadi Abdi Kasih Untuk Lao Mu dan Diri Sendiri


Kalau kita telah mengenali hati asali  ini, lalu siapakah empunya jasmani ini? ‘Jasmani ini bukanlah ragaku, dunia ini bukanlah kampung halamanku’. Dari kalimat tersebut telah membuktikan kepada kita bahwa badan raga ini bukanlah milik kita! Oleh karenanya, setelah diklat ini berakhir, dan kalian pun telah kembali ke negara masing-masing, ke vihara masing-masing, haruslah menjadi seorang pelaksana, seorang ‘abdi kasih yang sejati’. Kita menjadi abdi kasih bagi siapa? 

Bagi nuraniku, bagi jiwaku, bagi Laumu Mama, Sang Tiada Tara; untuk menjadi abdi kasih bagi Sang Aku yang telah ada sebelum terciptanya langit, bumi dan laksa makhluk. Inilah yang dimaksudkan dengan, ‘Badan jasmani bukanlah ragaku’. Sekiranya badan jasmani ini sudah bukan ragaku lagi, lalu uang dan harta adalah milik siapa? Bangunan rumah adalah milik siapa? 

Anak cucu adalah milik siapa? Semuanya adalah milik Laumu! Tidak ada hubungannya dengan saya. Demikian juga dunia fana ini sama sekali bukanlah kampung halamanku. Inilah yang disebut ‘hidup di dunia namun tidak tercekat oleh fenomena dunia’, atau ‘Aku ada namun tiada’! 

Selama empat bulan kita mengikuti diklat Buddhasiswa dan senantiasa berteguh pada prinsip tersebut untuk bisa mengenali hati ini, maka tercapailah kondisi ‘Aku sejati maka semuanya menjadi sejati’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar