Minggu, 12 Juni 2011

Seorang Abdi Kasih yang Sejati, Terlebih Dahulu harus Bisa Merelakan Semua Ikatan Harta, Kekayaan, Nama dan Reputasi



Para Buddhasiswa, para Duta Dharma, dan para peserta Kelas Pengembangan Kearifan, luhurkah abdi kasih ini? Luhur . 

Namun untuk bisa menjadi abdi kasih, anda harus memenuhi satu persyaratan yaitu harus merelakan semua harta, kekayaan, nama dan reputasi. Apa buktinya? Nabi Khong Ce. Beliau melepaskan jabatan pemerintahan pada masa Dinasti Lu, padahal untuk tingkat kedudukan beliau pada saat itu sudah sangat tinggi, hampir setingkat dengan Jaksa Agung. 

Tapi beliau meninggalkan jabatan tersebut, berkelana ke belahan dunia untuk mengajarkan kebenaran dan membimbing umat manusia, bahkan untuk bisa melewati negara Sung beliau harus menyamar dengan memakai pakaian yang lain, selam tujuh haru menderita kelaparan. Sampai salah satu muridnya yang bernama Ce Lu mengeluh dan mengatakan : ‘Miskin sampai puncaknya!’. Namun nabi Khong Ce tertawa Ha… ha…, dan dengan wajah yang tak berubah warna mengatakan: ’Kaya sampai puncaknya!’. Nabi Khong Ce adalah abdi kasih yang bagaimana? Beliau telah mampu melepaskan harta, kekayaan, nama dan reputasi, Beliau adalah abdi kasih yang sejati.

Nabi yang mana satu lagi yang juga merupakan abdi kasih yang sejati? Buddha Sakyamuni. Buddha Sakyamuni memiliki istana kerajaan namun tidak ditempatinya. Karena ayahandanya tidak mengizinkannya membina diri, akhirnya pun beliau lari dari istananya; Beliau bahkan adalah pewaris tahta kerajaan, penerus utamanya setelah ayahandanya meninggal nanti, namun itupun ditinggalkannya. Ketika Beliau meninggalkan istana, apakah Beliau memiliki tempat berlindung? Tidak ada. Ada yang menyediakan makanan buat Beliau? Tidak. 

Malahan beliau harus mengemis minta sedekah seperti kita lihat para muris-murid Beliau, dan sampai sekarang pun mereka masih mengemis meminta sedekah. Jadi, apakah Buddha Sakyamuni juga seorang abdi kasih? Ya. Abdi kasih tidak mau gaji, nama, reputasi serta keuntungan, ini barulah abdi kasih Laumu yang sejati, kalian sudah mengerti? Sudah. 

Kalaupun sudah mengerti, itu belumlah cukup! Anda harus menginsafi dalam jiwa – sebagai seorang abdi kasih, walaupun bagaimana besarnya pahala dan kebajikanmu, namun saya tetap merasa saya sama sekali tidak memiliki pahala ataupun kebajikan, bahkan sebaliknya saya merasa saya ini adalah pendosa besar-inilah abdi kasih yang sejati!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar